Karena Jodoh Adalah Rejeki, Jodoh Bukan Hanya Ditungggu, Tapi Harus Diperjuangkan
Reza, temen gw yang kalau boleh gw jahat, gw sebut dia
bebal, atau nakal, atau perkataan gw yang paling jahat adalah bego.
Sebenernya dia nggak bego beneran seperti yang kawan
bayangkan, dia nggak beneran makan rumput sembarangan atau main becek setiap
hujan turun, hanya saja dia males sekolah aja. Jadinya temen gw yang jangkung
ini nggak naik kelas.
Ketika gw baru masuk SMA seharusnya Reza udah kelas dua,
tapi karena kekreatifannya dalam bolos sekolah dan titip absen dia mendapat
predikat mengulang kembali kelas satu.
Bak kata agen quotes, “setiap kekurangan pasti ada kelebihan
yang kita miliki.” Biarpun bego dalam kelas, Reza ini orangnya cerdar, dalam
bahasa Aceh istilahnya adalah Pajo Akal (Makan akal) atau kalau diartikan dalam
bahasa kiasan artinya Licik. Mungkin itu yang membuat dia mendapatkan Putri sebagai
jodoh yang ia inginkan. Selamanya.
Beda banget sama Reza, Putri ini cewek yang serius, pinter,
disiplin atau apalah, pasti kawan punya temen yang begini di sekolah. Jangankan
untuk macarin dia, deketin aja lu bakal puyeng, soalnya lu bakal dikasih rumus
fisika; Daya Tarik = Gaya * Momentum / Kuadran Kanan * Kuadran Kiri. Entahlah,
pokonya dia pinter. Dan pernah ikut olimpiade Fisika. Satu sekolah nggak ada
yang bisa ngalain tanding catur ngelawan dia.
Kawan coba lo bayangi ya, kalau dalam logika dan konteks
matematika, pasti dua kutub ini sudah divonis dalam gaya tolak-menolak, bukan
gaya tarik menarik. Tapi karena Jodoh adalah perjuangan, maka akan berbeda
cerita. Dan Reza membuktikan itu dan Putri adalah refleksi dari sebuah
perjuangan Reza.
***
Reza selalu nayain tentang putri, seperti tinggalnya,
hobinya, makanna kesukannya, nama bapaknya, nama kucing peliharaannya.
“Kenapa lo tanya-tanya.. lo mau nyulik dia…” Radar gw bekerja,
menerima ancaman.
“Nggaklah bego…”
“Za, lu kalau mau tanya, langsung aja ke orangnya, jangan ke
gw…”
“Malulah bego…”
Dari sejak itu gw mulai ngerasa kalau si Reza ini suka sama
Putri.
“Lu kalau suka sama orang tau diri dong…” gw coba bikin otak
dia realistis dikit. Tapi nggak berhasil, bukan cinta namanya kalau realistis.
“Iya.. gw tau diri banget…”
“Apanya yang tau diri lo…”
“Gw tau diri, kalau gw pasti bakalan nikah sama Putri, punya
anak, punya keluarga…”
Denger kata Reza waku itu, batukku berdahak kursi roda.
Tapi itu bukan omongan doing, Reza membuktikan perjuangan
cintanya kepada Putri. Dia mulai pelan-pelan deketi Putri dengan alasan tugas
sekolah. Setiap Putri ngejelasi materi, Reza angguk-angguk tanda ngerti. Pas gw
tanya “gemana? Bisa lo?” dia garuk-garuk kepala “kagak..” ya namanya juga
cinta.
Tiga tahun Reza mencoba mengenal Putri dan perasaannya sama
sekali nggak berubah, masih tetap cinta dan semangkin cinta. Dan tiga tahun
pula Putri, tanpa sadar sudah mengenal Reza.
Disaat dekat dengan kelulusan, ada sinyal-sinyal yang mulai
ditampakan Putri terhadap Reza.
“Hei.. Reza itu temen deket lo ya…”
“Iya, gw ketemu dia pas nyangkut di bendungan…”
“Ihhh jahat banget lo ya sama temen sendiri… Btw dia lucu
juga ya orangnya…” Gw dikatain jahat sama Reza, yang ada si Reza yang jahat ke
gw, celana dalem gw sering ilang dipakai dia.
“Tumben lo nanya dia…”
“Lucu aja, masak ya, aku udah jelasi panjang lebar, eh
ngggak ngerti juga…hahahaha…padahal itu kan cuma ngitung lingkaran doang…”
Ditawanya, gw ada lihat sedikit ekspresi yang tidak tidak
biasa.
***
Selesai sekolah, Putri ternyata langsung kuliah, sedangkan
gw udah melalang buana, dan Reza udah kerja di salah satu perusahaan BUMN yang
terknal banget.
Mereka memang nggak saling ketemua, tapi saling komunikasi.
Dan keduanya juga tetep komunikasi ke gw. Reza nanyain Putri selalu ke gw,
sedangkan Putri sebaliknya, nanyain Reza
ke gw. Ada sesuatu yang tercium, gw rasa kalau mereka saling punya rasa.
Gw putuskan untuk langsung bilang ke masing-masing, karena
gw rishi juga kalau tiap hari harus nerima curhatan yang sama tiap hari. Dan
berhasil, mereka jadian.
3 tahun mereka jadian dan akhirnya menikah.
Temen-temen sekolah gw hampir nggak pecaya kalau mereka
menikah, karena notabennya Putrid dan Reza yang bertolak belakang ketika
sekolah. Selain itu juga, proses Reza mendekati Putri yang terbilang nggak
semulus pantat bayi. Banyak penolakan, ejekan, dan tentunya berbagai hal yang
Reza dapatkan, nggak hanya dari Putri, tentunya dari temen-temen Putri dan
orang-orang yang suka dengan Putri.
Putri yang atlit catur provinsi siapa tahu sekarang jadi
istri Reza atlit lompat pagar sekolah + lari dari kejaran para guru.
Tapi perjuangan Reza bermetamorfosis menjadi seorang yang
baik di mata Putri adalah buah keberhasilan yang nggak semua orang tahu. Sedangkan
Putri, mengerti, betapa harus dihargainya perjuangan seorang Reza. Tanpa
menyadari dan paksaan, hatinya lulu bersama ketulusan perjuangan Reza.
Nggak semua orang mengalami keadaan yang sama, seperti Reza
dan Putri. Nggak semua orang pula mau berjuang seperti Reza dan Putri yang
menerima perjuangan Reza.
Banyak orang yang berjuang untuk mendapatkan jodoh
sejatinya, banyak pula yang menyerah untuk mendapatkan jodoh sejatinya. Namun
mereka yang tidak berjuang bukan berarti tidak memiliki jodoh. Tapi yang perlu
diketahui adalah jodoh adalah cerminan sebuah perjuangan kita, cerminan proses
menuju kebaikan kita.
Gw memang belum menemukan jodoh, tapi gw coba menulis ini
berdasarkan apa yang terjadi disekeliling gw. Dari mulai abg labil, sampai
keluarga anak beranak gw coba observasi. Ntah kenapa hobi gw memang
mengobservasi, evaluasi, dan menutur.
Siapa pun dan bagaimanapun jodoh kita, proses perjuangan adalah cerminannya. Bukankan sering kita mendengar ungkapan “Kita dimasa depan adalah
siapa teman kita sekarang, buku apa yang kit abaca sekarang, siapa guru kita,
dan apa kesibukan kita sekarang.”
Sejauh ini semoga kita menjadi pribadi yang baik, menjadi
jomblo bermartabat yang bermanfaat untuk banyak orang.
Komentar