Hidup Itu "Zona"
Kak Ai adalah saudara perempuan
dari teman satu kosan ku yang juga berasal dari satu daerah yang sama aceh.
Beberapa minggu yang lalu aku dan teman ku menjemput kak Ai dan ssepupunya,
Afni yang seumuran dengan ku di bandara Husain – Bandung. Mereka mendarat
kurang lebih jam setengan empat sorah. Kami menjemputnya langsung dari cimahi
dengan dua sepeda motor. Mereka menunggu tepat di depan bandara dengan dua
koper besar dan satu ransel. Jam lima kurang lebih kami sudah tiba di rumah
kontrakan di cimahi.
Di perjalanan menuju kontrakan
aku membonceng Afni sepupu dari teman ku. Itu adalah kali pertama ia ke bandung
dan menginjakan pulau jawa. Seperti ku dulu awal di bandung adalah sesuatu yang
asing. Jadi tanpa ia tanyakan aku sudah seperti tourguide yang nyerocor tentang
Bandung. Dari kebiasaan, bahasa kebudayaan. Seperti setiap kalimat dengan
tambahan teh, punteun untuk kata – kata permisi. Dan sebagainya. Tentang
makanan yang yang kurang bumbu tidak seperti di aceh tapi jajanan yang banyak
jenisnya dan rasanya enak – enak seperti cireng, batagor, es crem, tahu susu
dan banyak.
Keesokan harnya kami pergi ke
pemkot cimahi dan berputar – putar di gasibu untuk melihat – lihat gedung sate
dan pusat keramaian hingga malam di taman – taman di bandung. Jalan – jalan di
alaun – alun, melihat berbagai lukisan di braga dan hunting berbagai baju di
pasar baru.
Tapi sesungguhnya bukan untuk
liburan mereka datang jauh – jauh ke bandung melainkan untuk mencari pekerjaan.
Bukan karena tidak adanya pekerjaan di aceh melainkan mereka ingin sesuatu
pekerjaan dengan suasana baru. Atau meungkin juga terlalu sudah nyaman bekerja
di aceh sehingga mencari yang susah di Bandung. Aneh memang tapi kadang memang
seperti itu, kenyamanan bisa membuat diri kita sendiri nggak nyaman.
Dengan berbekal kenalan lama yang
sudah lama bekerja di bandung mereka mendapatkan pekerjaan yang sesui yang
mereka inginkan dengan keahlian yang mereka miliki. Menjadi buruh jahit di
tempat produksi pakaian di daerah Gatsu.
Setelah kurang lebih seminggu di
cimahi dan sudah keliling bandung malam senin tepatnya kami mengantarkan kak Ai
dan Afni ke Mes tempat di mana mereka bekerja. Sesampainya di mesh yang ada
hanyalah kamar kosong dengan ukurandua kali dua. Yang bersebelahan dengan mesh
– mesh yang lain dengan belapiskan hanya dengan dinding triplek yang atasnya
bolong. Bisa saja orang mengintip dari situ. Tanpa di lengkapi kunci di
pintunya dengan paku yang sudah ada teman ku membuatkan sebuah pengait untuk
penutup atau pengunci dari dalam kamar. Tidak ada martil hanya sebuah cobek
yang dapat di manfaatkan. Begitu mulai menghantam semua bergetar dari ujung
kamar terdengar orang batuk dengan suara seakan terjangkit TBC yang barah.
Mendengar itu aku tersenyum dan yang lain ikut tertawa. Tawa yang tertahan dengan
sunggingan keprihatinan.
Prihatin melihat kama yang sangat
kecil untuk ukuran dua orang tanpa kunci yang menjamin dan keamanan privasi
yang tidak terjamin. Melihat itu aku mengatakan pada Kak Ai dan Afni, ini
adalah awal dari ketidak nyamanan. Nanti juga pasti akan dapat tempat yang
lebih layak. Afni mengiyakan dengan suara yang bergetar. Aku rasa ia sedang
sangat bersedih dengan keadaannya yang sekarang. Tapi suara dan ketegasan kak
Ai menguatkan hatinya. Aku tersenyum dalam hati.
Inilah mereka yang kuat yang
keluar dari nyamanya hidup menuju ketidak nyamanan. Merke yakin dan percaya
bahwa hidup itu tidak seperti selayaknya selalu makan tiga kali sehari pagi,
siang dan malam, tidk juga selalu gosok gigi dua kali sehari atau pergi pagi
dan pulang petang untuk uang yang selalu sama. Mereka orang – orang yang
meyakini bahwa kenyamanan bukan yang membuat mereka bisa bahagia melainkan
kenyamanan adalah hal yang statis yang selalu sama. Mereka akan menjadi lebih
nyaman dari sebelumnya dengan melewati ketidaknyamanan di bandung. Aku merasa
belajar pada mereka yang berani di banding aku yang jauh dari rumah hanya
karena kuliah. Mereka yang melepaskan diri mereka dari keluarga saudara dan
kehidupan yang sudah pasti itu menjadi hidup yang tanda tanya. Demi kebaikan
diri mereka.
Komentar