Rana Pendidikan Indonesia
Beberapa minggu ada berita yang mengganjal pikiran ku yaitu tentang penerimaan Siswa baru di sebuah sekolah yang mengharuskan tes keperawanan. Bukan aku tidak peduli bahwa keperawanan penting tapi ini menurutku terlalu ekstrim untuk ukuran penerimaan Siswa baru.Sebab akan ada feedback yang mau tidak mau harus di terima. Antara lain feedback itu adalah kesenjangan setiap siswa bila nantinya terbukti apakan seoran siswa itu perawan atau tidak. akan ada pemetakan yang seharusnya tidak terjadi. Ini akan mengakibatkan macetnya kreatifitas Siswa yang dianggap tidak perawan. Karena opini masyarakat pasti buruk.
Jika menurut ilmu kesehatan bahwa keperawanan bukan hanya di akibatkan oleh hubungan melainkan juga aktivitas. Jika memang benar seperti itu, maka bagaimana cara membedakannya. sebab nantinya di mata masyarakat tidak melihat perbedaan itu.
Memang langkah ini tidak buruk, namun menurut saya salah penerapannya. Mengurangi sex bebas daengan cara lain mungkin akan lebih baik bukan dengan cara mencap yang telah melakukan sex bebas. Penyuluhan, pendidikan sejak dini, perhatian prang tua yang bekerja sama dengan pemerintah mungkin akan lebih baik dari pada mengecek keperawanan siswa satu persatu.
Meski sudah di larang namun ada beberapa sekolah yang masih menerapkan kesehatan reproduksi menjadi acuan untuk lulus tes di sekolah tersebut. Dan yang lebih aneh ini terjadi secara bersamaan di dua sekolah yang sangat jauh jaraknya. Yang pertama di sabang. dan Kedua di sleman. Ini seperti terorganisir, ada aktor di balik semua ini.
Yaitu sebuah Kuisioner yang menyatakan bentuk dan ukuran alat kelamin dan buah dada pada setiap siswa yang akan masuk sekolah tersebut. Yang parah ini trjadi pada Sekolah Menengah Pertaman. yang dimana murit - murit yang baru mengenal sex. Sangat tidak mendidik menurut saya. Sebab anak seusia itu masih penasarannya dengan masalah seperti ini. Dan Kuisioner seperti itu bisa saja membuat mereka tidak terkontrol. Apalagi di buat dengan gambar yang jelas.
Yang sangat dikahwatirkan adalah Dinas kesehatan daerah setempat mengatakan kewajaran dalam hal tes tersebut. Kuisioner ini menurut saya telah mengabaikan pisikologi siswa. Maaf saja ini sperti akan memperdagangkan siswa. Dan jika di telisik dari ilmu kesehatan yang saya baca dari berita tersebut bahwa kecerdasan seseorang tidak bergantung dari ukuran alat kelamin mereka. Jadi hal seperti ini harus di tiadakan, apalagi di sekolahan yang siswanya masih belia.
Memang banyak hal yang terjadi di rana pendidikan dinegri ini, dari hal - hal yang tidak mendidik dan buku - buku yang tidak mendidik. Ini harus di perhatikan dari setiap orang tua siswa, guru, sekolah, dinas pendidikan daerah dan Mentri Pendidkan dan budaya. Karena ini menyangkut generasi bangsa yang nantinya akan menggantikan setiap pemimpin yang sudah ada sekarang. Jika dari sejak dini sudah terkotori bagaimana nanti kedepanya. Demi Indonesia yang tercinta ini kita semua harus saling menjaga dan mengingatkan.
Komentar