Antara Aku, Kopi dan Chapuung yang Hinggap di Hati
“…Setelah ini hanya akan ada secangkir kopi hitam yang menemani… hanya kopi…”
Waktu itu malam adalah waktu yang
paling gw nanti selain jadwal makan, sebab setiap malam gw berubah jadi super
hero penyembuh yang di butuhin oleh banyak orang.
Gue jadi team support penyembuh,
tameng di tangan kiri, setangkai mawar di tangan kanan untuk memberi kekuatan,
kecepatan dan penawar racun bagi temen-temen gw.
Walau hanya di dunia game, gw
nikmati banget setiap detik yang terjadi. Tapi, bukan game itu yang utama, itu
hanya sebuah selingan ringan disela-sela sudut chat facebook. Sebab di ujung
sana gw nanti seorang yang muncul setiap pukul tengah malam. Dia adalah
chapuung.
“Kenapa chapuung terbang malam
hari?” tanya gw melalui message facebook.
“karena kunang-kunang sudah biasa”
Bukan arti chapung yang
sebebnarnya, ia adalah gadis yang kukenal beberapa tahun silam dalam pertuan
yang nggak biasa.
Waktu itu diacara besar gw lihat
dia menyebutkan namanya dengan lelukan suara yang membuat hati gw berdesir, dan
melihat jemarinya seakan jari gw yang cuma bisa bikin ngupil nggak ada
bagus-bagusnya.
Obrolan tengah malam, lewat
facebook membawa sebuah rasa antara kami yang tiada lagi katapun saling
mengerti. Sampai akhirnya hanya bertukar emoticon senyum saja sudah cukup
mewakili.
Memang hal yang kebetulan banget,
sebab ia mengerjakan tugas kuliahnya di tengah malam, sedangkan gw bekerja
tengah malam. Kalau saja waktu boleh berulang gw pengen nyebut diri kami adalah
nokturnal, bukan chapung.
“Kopi hitam lagi?”
“itu kesukaan ku…”
“Kenapa suka kopi hitam…”
“Susah untuk dijelaskan, tapi
yang penting aku bisa tahan membuka mata untuk menyelesaikan tugas yang tiada
henti ini.” jelasnya.
Ia selalu memilih kopi hitam
untuk menemaninya, dan selanjutnya gw juga ikut-ikutan meminum kopi.
“aneh ya…” tanyanya dengan diri
sendiri.
“Apanya yang aneh?”
“Memang kadang susah untuk
mengerti”
Panjang sudah obrolan, dan waktu
itu yang ada dalam hidup gw hanya ada chapung, kopi, dan hati yang tidak bisa
dimengerti.
Panjang sudah jalan kami, dan
waktu tiba pula, jalan kedepan yang terencana hilang sudah diantara kami. Chapuung
dalam hati pergi, meski kopi masih menemani setiap hari.
Dari kisah itu gw banyak belajar,
yang pertama, bahwa sseorang pasti akan bertemu dan pergi, bahwa apa yang gw
inginkan belum tentu gw butuhkan, dan apa yang terjadi selalu ada hikma yang
dapat gw pelajari.
Dia pergi, gw memperbaiki diri.
Benar ternyata apa yang ia katakan, “selanjutnya hanya akan ada secangkir kopi….
Ya, karena chapuung akan mati, tapi tidak untuk hati yang pernah dihinggapi.
Komentar