Aku Dan Rahasia Yang Tidak Bisa Disembunyikan
Selain pembohong, pemberi harapan
palsu, tukang sunat, MLM, pensil alis, hal yang gue nggak sukai adalah ketika
dimana gue harus beli pakaian. Ini lebih horror dari pada lunturnya alis Syahrini.
Gue coba masuk lihat-lihat
kemeja, pasti kemeja hitam yang jadi pilihan, belum pun megang tu
kemmeja, dua teteh yang bejenis kelamin wanita langsung deketin gue seraya
bilang “bagus itu akh, cocok untuk aakh”. Dalem hati “ini orang baru kenal aja udah
pengetian banget”. Terus gue bilang
“lihat-lihat nggak apa-apa ya teh”. “iya, sok lihat-lihat aja, di cobain juga
nggak apa-apa”.
Disela-sela greeting-an dua orang yang seakan membuat gue bak artis terkena
skandal bisul pecah, gue milih-milih baju dan bilang “teh ada ukuran yang
kecil, soalnya badan saya kecil” nyengir kuda.
Nggak lama si teteh yang satunya
mengambilkan kemeja lain. Pas gue pakai tu kemeja ternyata kebesaran. Terus dia
masuk lagi keruangan, membawa kemeja lain lagi, dan hasilnya sama begitu sampai
muka mereka kusut kaya baju habis dikunyah kambing. Sampai akhirnya mereka pada
puncak ke-kesalan dan keluarlah kata-kata “ini yang paling kecil akh, kalau
masih kebesaran berarti bukan bajunya yang salah…” mereka senyum kepaksa. Denger
kata itu gue inget keris dirumah baru selesai diasah.
Nggak hanya baju saja, jika harus
beli celana juga susahnya kaya ngumpuli bola dragonballs. Ada yang bagus, eh
kebesaran pinggangnya, ada yang pas ukuran pinggannya, panjangnya kurang,
giliran dapet yang ukuran pingang pas, panjangnya juga tepat, tetehnya bilang
“akh itu celana pramuka anak SMP”. Wajah gue memang awet muda.
Sering banget gue beli kemeja,
atau celana hasilnya nggak terpakai, cuma Menuhin lemari, dan bikin sempit
kamar. Jadinya gue kalau pakai baju yang itu-itu mulu. Selain factor kurus gue,
gue termasuk orang yang susah pindah ke lain barang atau orang kalau udah
nyaman. Kaya sepatu aja, gue nggak gani-ganti meski udah kusem. Kadang kenyamanan memang nggak bisa ditukar dengan uang, kecuali paket tour keliling eropa :D. (malah curhat).
Jadi, beli celana semahal apapun,
kemeja se-branded apapun, pasti yang nyicipi barunya bukan gue duluan, tapi
tukang vermak. Terima kasih bapak vermak, kau menyelamatkan penampilanku yang
kece ini.
Makanya kadang gue heran sama
orang yang sibuk diet nuruni berat badan
sampai mati-matian, sedangkan kawan, disini gue, dan kaum gue yang meski udah
makan segentong tetep aja ramping kaya sapu lidi.
Gue sih berharap masih ada
rahasia dalam rumus Einstein yang belum terpecahkan, selain tentang relatifitas
kecepatan cahaya, atau gravitasi blackhole. Tidak menutup kemungkinan teori
relativitas juga berlaku akan transfuse lemak antar manusia. Jadi orang-orang
gemuk yang lemaknya pada bergelambiran bisa transfer lemak ke orang kurus yang keker-ringan. Tapi
nggak usah deh, gue takut tukang vermak kehilangan langganan gara-gara ini.
Kalau begitu takutnya mereka demo sama mentri pendidikan.
***
Dibanding ledekan badan gendut
atau baju kekecilan. Gue mewakili orang kurus disini, selalu mendapat tamparan
kata kalau badan kami keker-ringan, yang kalau buka baju dijamin anjing
tetangga pada ngejar (tulang semua), yang kalau main layangan malah kebawa
terbang sama layangannya. Sering di katain ‘tinggal tulang ama buntelan kentut’
kalau udah kaya gitu gue cuma bisa diem sambil ngasah kuku tirex, siap-siap
kapan tu orang lengah, langsung gue cabik-cabik.
Bukan hanya masalah baju, makanan
juga dipermasalahkan, kayanya hidup orang kurus memang selalu dipermasalahkan
deh.
Mungkin kalau orang gendut,
ketika makannya dikit, dapat dipastikan dia sedang menjalani metamorfosis diet. Kalau ambil porsinya
banyak, ya jelas kan dia gendut makan sesuai ukuran body.
Nah orang seksi kaya gue lain lagi,
ketika gue ngambil banyak makanan langsung disamber dengan ucapan ‘makan aja
banyak, yang gemuk orang’. Lain lagi kalau porsi makanan sedikit dipiring,
”bukannya kucing kamu udah dikasih makan tadi..”
“bukan buat kucing, ini buat
saya…”
Dengan ekspresi tokoh antagonis ala
sinetron tu orang bilang “idih makan mu dikit, pantes aja badan kaya wayang
kulit”. Ada yang tahu nggak keris empu gandring gue dimana !!?.
Indimindasi kecil yang bertajuk
candaan ini bukan baru-baru gue dapetin. Dulu juga ketika masih kecil sering
banget gue rasain.
“kamu makan plasik ya, kok kurus
banget”
Gue cuma bisa senyum mesem-mesem
sambil jawab “iya, makanan gue plastic, kalau lagi happy gue makan besi, minum
gue oli, cemilan gue kawat jemuran” langsung tu orang kabur.
Ada lagi yang paling sering
adalah “kamu ya mbok minum susu, biar ‘isian’
dikit”
“aduh mbak, saya masih mudah,
belum mau isian, lagi pula ngurus anak nggak semuda membalikan kenyataan, kalau
gue cowok mbak”.
Banyak hal-hal yang terjadi jika
kawan jadi orang yang kurus meskipun banyak makan. Selain kata-kata negative
seperti diatas, juga banyak unkapan positif yang bikin gue ngerasa jadi orang
kurus itu bukan kekurangan yang harus diminderin.
Sering orang bilang “aku pengen
juga jadi kamu, makan banyak tapi tetep kurus”
Atau yang lain lagi “enak ya jadi
kamu, badan ringan, bisa gesit kaya kancil”
***
Kadang gue nggak sadar kalau
badan gue itu termasuk kategori kurus. Sampai beberapa temen bilang ‘ ih kok
kurus banget sih’. ‘sejak kapan jadi wayang kulit’ atau ‘itu badan tinggal
tulang ama kentut aja’. Kenapa gue nggak sadar karena gue nggak terlalu
mempedulikan hal itu, karena ngerasa beginilah tubuh yang diberikan, cukup, asal
sehat, dan mampu beraktifitas. Biarin aja beli celana kedodoran, kemeja
kebesaran. Toh ada tukang vermak. Bagi-bagi rejeki kan dapet pahala. Amin.
Dan untuk kawan yang senasip sama kaya gue, marihlah kita satukan doa' agar menjadi kekuatan. Bahwa kurus adalah "anugra terindah yang penah ku miliki..." (Sheila on7 - Anugra terindah).
Komentar