BUD4TI Dan Segala Kenangan Yang Tak Terganti
Jangan dibaca deh postingan ini,
nggak ada faedahnya. Nggak akan naikin level MLM loe, apa lagi bikin loe
ganteng. Yang cewe juga, postingan ini nggak bisa buat pensil alis loe serta
merta berubah jadi anti air. Ini cuma postingan tentang BUD4TI dan segala
kenangan yang tak terganti.
Sambil dengerin I Swewar This Time I Mean It-nya May Day Parade gue coba menulis segala
sesuatu tentang BUD4TI. Kenapa lagu itu. Selain suka, lagu itu udah nemeni gue
selama tiga tahun terakhir sampai gue
pakai yang namanya toga.
Setiap kali dengerin lagu itu, gue
inget Budi makan indomie, inget Riski ngejahili Vivi, inget Sohari yang sering
dibuly, juga inget Opik lagi nari goyang
kepala ala india untuk ngeledek Agus (aca..aca..aca..).
Rini juga, syah-Rini-nya BUD4TI
yang suaranya cetar membahana badai kalau lagi presentasi. Kalau udah ngomongi
Rini jadi inget Radit, soalnya cuma dia yang bisa niru-in suara Rini. Kalau
udah nyebut Radit, itu udah sepaket sama Agung dan Kaka Joe. Master of anime
and all about Japan.
Ada Ridho yang kayanya lahir
diabad yang berbeda dari kami. Arif yang ganteng tapi minta maaf mulu. Heni master of koding, Angga yang bikin dosen
fisika berdecak sedih. Zia toa BUD4TI, warung berjalan, tempat sarapan gratis.
Ulfi sang putri dokumenter, Rafika ibu dari BUD4TI. Tedi penghibur setiap pagi
dengan tarian ala cesar kaya di tv-tv. Febri yang selalu semangat ngajak
hiking. Azri temen satu kamar gue yang demen galau. Bang Fadril yang di tuakan
dan tertua. Ilham sebagai tempat ngobrol dan gue pinjem novel. Yayat komentator
sepak bola. Dan gue, kalau ini loe sendiri aja yang nilai.
Itu semua adalah nama-nama
penghuni BUD4TI. Kami bacanya budati.
Budati adalah akronim dari
Beasiswa Unggulan Diploma 4 Teknik informatika. Satu kelas kecil dari politeknik
TEDC Bandung. Jadi ini bukan kisah tentang kampus biru atau perjalanan para
mahasiswa di kampus-kampus tersohor kaya ITB, UI, UGM apa lagi Sorbone. Loe
salah besar kalau berharap tulisan ini bisa buat semangat ngerjain tugas akhir.
Ini cuma cerita kecil yang mungkin dengan waktu yang nggak lama juga pasti
hilang dimakan waktu.
Gue sih nggak masalah kalaupun
budati hilang lenyap dimata para dosen kampus, atau angkatan atas dan bawahannya.
Tapi gue berharap banget untuk para ranger budati agar nggak ngelupai kelas
yang udah kita jalani sama-sama selama empat tahun.
Gue tahu waktu memang berjalan,
dan kesibukan yang datang pasti nyita semua pikiran untuk menghilangkan
kenangan yang udah terbentuk. Tapi sobat-sobat budati yang tetep di hati, tetep
sobat gue. Gue berharap group fb yang dulu kaya konser dangdut koplo (apa lagi
kalau udah deket UAS) kembali bersinar dan saling ngasih kabar. Kasian orang-orang
kaya gue yang belum dapat kesibukan. Setiap gue buka itu group cuma sawang dan
puing-pung kecemasan yang menyambut.
Mungkin ini yang disebut perpindahan
seperti yang gue tulis dipostingan sebelumnya “Sebagian Diriku Dan Pindahan”. Mengemas barang-barang lama untuk
ditinggal atau dibawa. Mengemas barang-barang lama untuk mengatakan selamat
tinggal atau selamat datang. Mengemas barang-barang lama untuk menguatkan apa
yang telah didapat ditempat sebelumnya, dan mendapatkan hal yang baru di tempat
baru.
Semua ranger budati sedang
mengalami metamorfosis yang sama. Mereka menjalani kehidupan baru dengan
rutinitas baru yang lebih padat dari masa kuliah. Mungkin ketika kuliah kami
bisa bareng dan sama-sama lantaran punya kesibukan yang sama yaitu kuliah. Nah sekarang
jangankan kesibukan, tempat tinggal kami sudah beda, apa lagi kerjaan dan yang
dihadapi, udah beda banget.
Sohari yang sekarang sibuk
memajukan dan membangun kampung halamannya. Ilham dan arif membangun keluarga
bersama istri tercinta, riski membangun organisasi kemanusiaan yang luar biasa,
dan yayat yang kayanya masih susah bangun dari tidurnya.
Belum lagi yang pada ngelanjutin
S2, kaya Tedi, Ulfi, Heny dan Febri. Dan tak terhitung yang sudah di kampung masing-masing
kaya Rini, Vika, Vivi, Agus, dan juga Angga. Apa lagi mereka yang ngelanjut ke
luar negri, Opik yang ke korea membangun jaringan mafia baru disana. Husni yang
juga ke Korea untuk ngelanjuti cita-cita.
Untuk yang masih dibandung tentu
saja juga punya kesibukan yang nggak kalah lebih dari yang lain. Agung yang
sedang berjuang ke Jepang, Zia dengan komunitas kerennya, Kaka Joe yang sibuk
ganti-ganti hobi dan Ridho yang sampai sekarang gue belum tahu dia sedang sibuk
apa.
Mungkin diantara mereka cuma gue
yang nggak ada kesibukan yang berarti jadi gue nyibukin hal yang nggak pening
kaya tulisan ini.
Mereka yang memiliki dunia baru
dengan segala kegiatan baru dan teman-teman serta keluarga baru udah mulai
punya group baru. Jadi mungkin budati bukan lagi pilihan utama untuk ketawa-ketiwi.
Lagian kalau bawa masalah kerjaan di budati jadi nggak nyambung. Kalaupun ngenang
masa-masa di budati jadi bikin baper.
Apa itu salah, tentu aja nggak. Karena
memang begitulah sebuah rutinitas kehidupan yang berjalan. Mungkin dulu loe
pernah ngebayangi bahwa kita akan selalu sama-sama bareng ama temen sekolah
kita di SMA. Tapi nyatanya hanya lima dua bahkan cuma satu yang sekarang tetep
bisa sama-sama. Itupun belum tentu setahun sekali, selebihnya cuma chatingan
yang kadang malah jadi canggung.
Sama kaya jaman SMA, budati juga
gitu. Toh pada akhirnya semua orang juga nantinya diakhirat bakalan sendiri,
nggak akan mentingi orang lain. Tapi sayangnya ini dunia bukan akhirat. Silahturahim
itu penting nggak untuk dunia aja tapi akhirat juga.
Gua berdoa untuk para ranger
budati agar semuanya sukses, termasuk gue. Kali aja ada yang jadi mentri atau
paling nggak jadi presidenlah. Gue berharap kalau udah sukses jangan sampai
lupa ama bagian dari budati, karena *biar jelek begini aku masih bekas temanmu
juga .. (Imam S Arifin – Bekas Pacar). Kali aja mau dibuatkan buku biografinya ama gue, kan lumayan ngisi waktu luang sekalian ngisi dompet.
Bagi gue BUD4TI serupa ruang
laboratorium perilaku, ilmu, suku, serta keberbedaan. Kami yang berjumblah 28
orang dengan dua orang yang telah pergi, jadi 25 itu berasal dari daerah yang
berbeda-beda. Kalau bisa disebut, kelas budati itu adalah Negara kecilnya
Indonesia.
Ulfi, Rini, Agus, dan Fika dari
Aceh, Azri Palembang. Heni Batam. Riski, Sohari, Arif dan Budi dari Bangka
Belitung. Ada Vivi dari Kendari. Bang Fadril, Yayat, dari Baubau. Dan yang lain
asli bandung. Kalau dilihat-lihat udah kaya kompetisi nyanyi di TV.
Nggak seperti acara dangdut di tv
yang semuanya cuma bisa nyanyi, goyang, dan lirikan mata. Budati memiliki
banyak hal yang masing-masing idealis dalam keahlian mereka. Agus dengan
keahlian modeling animasi 3D, Arif kombinasi animator dan sinematografer, Budi
si jenius illustrasi, Heni master of koding, Angga sang trader, Riski si volunteer,
Sohari olahragawan, gue sebagai team hore, dan yang lain yang
nggak mungkin gue sebutin satu persatu.
Mereka bisa dibilang adalah
orang-orang terbaik dan yang jelas orang terberuntung didaerah masing-masing.
Menghabiskan waktu bareng mereka adalah hal yang spesial selama empat tahun
terakhir.
Hiking bareng, ngerjain tugas
bareng, ngecengi dosen bareng, di organisasi bareng. Banyak hal yang kami
lewati baeng-bareng, sampai gue bingung mau nulis mana yang paling berkesan. Karena
bagi gue semua hal itu berkesan, dan berarti. Tapi satu hal yang gue inget
banget itu ketika nikahan Ilham. Duh itu, sebagai pager bagus yang nggak bagus
gue inget banget kita photo bareng.
Kita juga pernah coba ngebuat
yang namanya UKM pecinta alam dengan bekal pecinta kasur. Dan Alhamdulillah UKM
itu berjalan bubar. Bukan kita nggak bisa, cuma pecinta kebebasan memang tidak
bisa terikat yang namanya oraganisasi.
Banyak banget kenangan-kenangan
itu yang terangkum dalam ingetan gue. Dan beberapa video yang direkam Ulfi. Gue
masih simpen tu videonya. Kadang gue nonton, terus ketawa-ketiwi.
I Swer This Time I Mean It nya
May Day Parade nggak tau udah berapa kali ngulang. Dan kayanya gue harus
mengakhiri tulisan kali ini dengan damai. Lagian juga dari pertama gue nulis ini diisengi ama Gutik-gutik (Guru cantik).
Gue tutup dengan kata-kata yang
gue kutip dari group menulis yang baru aja hari ini gue ikutin.
Masalalu adalah masa dimana kita semua merasakan campuran rasa; sedih, malu, marah, senang atau bahkan kecewa.Setiap fase pada masalalu akan terus berubah seiring waktu. Setiap orang mempunyai masa lalu yang berbeda. Dari mereka ada yang menyukai ada pula yang membencinya. Tapi bagaimana sebuah masa lalu, dia adalah pelajaran terbaik untuk masa yang disebut masa depan.
Selamat soreh dari aku sang
chapung yang menceritakan kisah-kisah.
Komentar