Apa Kabar ndonesia (Revolusi Mental)
Nggak
begitu tahu tentang apa yang sedang terjadi di Indonesia, yang gue tahu
Indonesia sekarang masih mempunyai dua musim yaitu musim begal dan batu akik. Hanya
saja ada yang menggelitik gue untuk nulis hal yang nggak penting ini, yaitu
tentang fenomena kenaikan BBM. Kenaikan ini merupakan kebijakan pemimpin baru
Indonesia saat ini, yaitu pak Jokowi. Dan sebenarnya hal seperti ini bukanlah
hal baru karena sebelumnya sudah menjadi trending topic dimana-mana sejak era
kepemimpinan sebelumnya, yaitu Bapak SBY.
Sebelumnya
SBY menaikan BBM dengan disesuaikan dengan pasar dunia, ini bertujuan untuk
memerangi para mafia minyak di Indonesia (ini sih kalau bener, tapi kayanya
memang bener). Awal adalah langkah yang berat untuk SBY member pengertian pada
masyarakat yang belum bias begitu memahami tentang mekanismi yang diciptakan
SBY demi kemajuan Negara kaya minyak ini.
Dan
ini terjadi lagi beberapa waktu yang belum lama ini. Tapi ini menjadi hal yang
sangat menohok hati, karena sebelumnya Jokowi menurunkan harga BBM yang telah
ditetapkan pemerintah sebelumnya. Gue sih nggak tahu ini manufer politik apa ? hanya
gue nangkep dari beberapa media yang mengatakan pencitraan Jokowi. Karena eh
karena memang dari politik partainya bahwa menolak keras kenaikan BBM. Dan
mungkin itulah yang membuat masyarakat mulai hilang kepercayaan pada Jokowi. Dan
lagi yang membuat masyarakat mulai tidak yakin dengan jokowi adalah menaikan
perlahan – perlahan. Dan sampai kapan ini terjadi karena yang kita tahu semua
bahwa BBM adalah penentu harga kebutuhan pokok masyarakat. Gue sebagai anak kost
juga ngerasaiin banget. Naik angkot mahal, mie instant jadi dua rebu lima
ratus, telur seribu lima ratus. Dan loe pasti tahu kawan mie tanpa telur itu
bagai sayur tanpa garam (cukup curcolnya).
Tapi tunggu dulu kawan coba kita
mulai sadar dengan apa yang telah kita keluhkan. Mengeluh nggak akan bisa
menyelesaikan masalah. Coba deh kita berpikir positif, mungkin pencabutan
subsidi bb mini demi kemajuan bangsa, demi pendidikan, kesehatan, dan ketahanan
pangan. Itu yang dikatakan wakil persiden Jusuf kalla, dan pastinya sebagai
masyarakat gue setuju banget.
Tapi
pasti banyak pertanyaan, tapikan sembako tambah mahal, beras harganya naik,
segala-galanya naik dan penghasilan belum tentu naik. Ya memang itu realita,
dan efeck dari ini adalah kemiskinan. Kalau kebutuhan mahal dan penghasilan
tidak bertambah menghasilkan kemiskinan, dan kalaupun mengurangi kebutuhan itu
mengakibatkan produktifitas masyarakat berkurang, dan kalau produktifitas
berkurang akibatnya adalah daya saing yang berkurang dari masyarakat. Apa ini
yang disebut dengan revolusi mental ya ?.
Tapi diluar itu ada yang perlu
diketahui bahwa Jokowi menerapkan sistem harga BBM itu mengikuti dengan harga
pasar dunia. Ini berarti kalau harga BBM dunia naik ya harga BBM di Indonesia ikutan
naik. Dan kalau seperti ini yang perlu diketahui adalah masyarakat harus
mengerti yaitu akan menjadi hal yang biasa naik turunya BBM dimasa kepemimpinan
Jokowi. Namun begitu tidak semua diseluruh Indonesia akan sama harga
perliternya. Jokowi menerapkan differensi harha setiap wilayah ya kurang lebih
harga BBM di pulau jawa lebih mahal Rp.500,00.
Hal
ini menjadi wajar bagi mereka yang mengerti tentang mekanisme yang sedang
diterapkan. Namun tidak untuk masyarakat awam. Kalau sebelum-belumya ada
penyuluhan tentang kenaikan BBM yang diberitahukan kepada seluruh masyarakat
agar memahami, tapi untuk kali ini tidak. Mungkin itu PR pemerintahan sekarang.
Dan tahu tidak masyarakat yang
menjadi korban, contoh saja angkot, karena BBM naik supir angkot membabibuta
menaikan harga, dan tahu tidak sekalipun bbm turun supir angkot tida menurunkan
harga mereka. Itu hanya contoh kecil yang mungkin gue alami sendiri.
Pemerintah harusnya tahu bahwa
revolusi mental yang sedang di laksanakan sekarang masih butuh kerja yang lebih
ekstra, masih butuh penyuluhan dan pengertian, masyarakat Inonesia bukan tipe
masyarakat yang berpikir kritis, mungkin sebagian ada, tapi yang perlu
diketahui jika dilihat dari konsumsi media masyarakat Indonesia masih mempunyai
pemikiran statis.
Dan media yang sebagi penjebatan
antara pemerintah dan masyarakat harusnya transparent, tidak memihak, dan hanya
menyajikan berita yang memikat saja. Edukasi yang terpenting untuk hal ini. Mungkin
memang begitu media dibuat untuk sekedar mencari keuntungan.
Sudahlah, diluar pengetahuan gue
tentang permainan politik yang sedang bergejolak di negri ini, semoga saja
semua yang dilakukan itu dijalan yang benar. Merevolusi mental masyarakat
menjadi lebih berpikir maju, kritis, kreatif dan inovatif bukan menjadi
masyarakat yang berevolusi mental kapitasil, mencari keuntungan dan merugikan
orang yang lainnya.
Selamat
menikmati Hari Anda….
Komentar