Rahasia - Cerpen

Jika memang sebuah rahasia menjadikan seseorang itu lebih bahagia, kenapa harus ada keterbukaan yang kadang membuat kita menjadi tertekan dan merasa bersalah atau membuat kita menjadi terbebani dengan rasa kejujura kita. Terhadap sesuatu yang seharusnya kita rahasiakan. 

Terbesit kalimat yang menggambarkan perasaan Rinne saat ia melontarkan semua rasa yang ia rahasiakan demi sebuah masa depan yang ia dambakan. Kepada ku, ia berujar ‘gue nggak mau…semuanya nanti bakalan jadi penyesalan…lebih baik rasa ini gue simpan dalam – dalam sampai nanti waktunya tiba’.

Aku sama sekali tidak mengerti jalan pikirannya yang menyatakan sampai nanti waktunya tiba. Itu peryataan yang menurut ku membunuh karakter dirinya dan karakter waktu, yang telah sekian lama ada. Memang dia seorang gadis, mungkin itu faktor utama ia terus diam dan menunggu. Tapi itu tidak bisa juga diterima jika ku ingat kalender sudah menunjukan tahun yang menua. 
Saat ini segalanya bisa saja terjadi secara terbalik. maksudnya, jika dulu wanita yang selalu ingin dihabisi nyawanya. Maksudnya. Nyawa kejomblohannya, dengan cara ditembak. Dan ditahun yang semankin tua ini bisa saja itu berbalik. Lataran banyak lelaki yang semangkin tidak pede melihat perubahan wanita yang semangkin pesat dan tidak terkendali atas lelaki. Itu mereka sebut emansipasi. 
‘Rinne Rinne terus galau…’ usik ku. 
‘sejak kapan gua galau ?’ 
‘sejak lo mendem perasaan…’ balas ku menantang. 
‘kemana julukan loe sebagai mis emansipasi dikampus…mana diri loe yang teriak – teriak menyetarakan drajat kaum aneh loe diatas kaum keren gue…’ tantang ku lagi. 
‘karena itu bego.. gue jadi malu sama dia.. mau ditaruh mana muka gue kalau gue tiba – tiba.. gue bilang gini kedia‘I love you’ atau ‘gue sayang loe’ atau yang lebih parah ‘terimalah gue jadi pacar loe’ ogah banget’ jelasnya, teatrikal sekali membuat ku tertawa lepas. ‘loe bisa apa sih selain ngeledek dan ngetwain gue ?’ keluhnya. 
‘oke.. gua cabut kalau gitu, nggak penting juga gue dengerin curhat loe yang nggak ada ujungnya..’ jurus andalan.
‘jangan jangan… gitu aja loe ngambek ah…’ memelas sambil cengengesan. Persis kuda nyengir. 
‘sama aja ren… semua saran dari gue…apapun itu nggak pernah loe implementasi – in…gue jadi kaya ngasih saran ke tembok…mending gue sekarang peluk tembok…’.
Sekarang malah Rinne yang jadi bisu. Dia memalingkan pikirannya dengan mengaduk – aduk es krim yang sudah mencair. 
‘gue takut..’ nada suaranya merendah ‘kalau nanti pas gue jadian sama dia…gue takut putus ditengah jalan…dan gue nggak mau kehilangan dia gara – gara itu…’
‘bukannya loe udah bilang ke gue kalau loe mau nunggu waktu yang pas buat ngungkapin perasaan loe…?’
‘nah itu yang lebih gue takuti lagi… gue takut kalau – kalau dia ada yang lain…nantinya pas waktu yang gue tunggu itu datang…’
‘itu resiko yang harus loe terima…apapun pilihan lo…resiko pasti ada…’ tegasku.

---

Aku melihat ada sebuah titik cahaya dimatanya. Ahmad Rialdi Putra. Lelaki yang mempunyai semangat besar atas impian dan kecintaan pada keluarganya. Aku salut padanya, dia adalah satu – satunya lelaki yang membuat Rinne Purti Pratama sebagai sosok yang memberi terang impianya.
Aku tidak menyangka pertemuan singkat antara mereka kini telah menciptakan ruang masing – masing diantara mereka yang saling berhubungan, saling membutuhkan dan melengkapai.
Diantara mereka, aku kini menjadi jembatan penghubung yang menggantung. Itu diakibatkan  karena pertemuan awal mereka adalah aku. Aku yang bersahabat sangat dekat dengan Rialdi dan aku yang berteman dekat dengan Rinne yang juga sekampus dengan ku.

Kini aku harus merasakan resiko yang tanpa sadar telah aku ciptakan. Aku tidak mengira ini semua terjadi, yang pasti aku bukanlah seorang comblang.
‘seneng banget kayanya hari ini..?’ ku senggol bahunya. Seperti biasa dia hanya tersenyum kecil ‘sama aja kaya hari – hari biasa..’ jawabnya datar, tapi aku bisa melihat ada sesuatu yang ia sembunyikan di balik senyumnya itu. 
‘hahahaha..’ aku cekikikan, ku coba dengan seceria mungkin untuk menggali informasi yang biasanya susah ku dapat dari Rial seoran tertutup. 
‘jangan bohong loe…otak loe itu udah ada disini..’ sambil menunjuk kepala ku sendiri ‘naik gajih loe ya…makan – makan dong..’
‘dasar mahasiswa…maunya yang gratis – gratis..’ ledeknya sambil tersenyum kecil.
‘maklumlah kantong lagi kering…buaya dalam perut udah lama nggak disuguhi gizi yang baik..’
‘makanya loe kerja sono…jangan asik buat puisi mulu..’ seraya melirik jam dilengan kanannya ‘gua cabut dulu ya..ada janji sama temen gue’. 
Kepergiannya menyisahkan keanehan yang tertangkap perasaanku. Tidak biasa dia serapi dan sewangi itu. Apa lagi soreh hari begini yang biasa dia habiskan waktu untuk bereksperimen dengan mobil tuanya. Tapi ini terlihat seperti ia ingin menjumpai seorang yang special. 

---

Ku pikir itu alarm ? Berdering berkali – kali, bising sekali. Kupaksakan mata ini melihatnya. Rinne, sebuah nama memanggil.
‘Rinne…loe nggak punya jam…atau nggak bisa ngebedain siang sama malam…dan loe tahukan ini hari apa…?’ ku semprotkan kekesalan ku. 
‘sekarang jam enam pagi…dan hari minggu…dasar pemalas kelas berat…’ balasnya tak kalah galak. 
‘sebagai temen gue yang  cantik loe harusnya tahu hari minggu itu sakral buat gue…dan asal loe tahu jam enam itu masih malem bagi gue…’
‘bodoh amat…ada hal darurat militer yang mau gue tanyain ke elu..’
‘guekan belum ikut wajib militer…gue mana tahu apa – apa’ canda gue sambil cengengesan.
‘udah ah jangan becanda mulu…ini penting banget’
‘emangnya ada apa ?’
‘semalem gue lihat Rial jalan sama cewek, tapi gue nggak pernah lihat tu cewek sebelumnya nggak jelas soalnya dari jauh…kira – kira loe tahu nggak…itu siapa…saudarinya….temen…atau…’ Rinne seperti ragu – ragu diakhir perkataannya. 
‘sory gue juga nggak tahu Rin…Rialdi juga nggak ada cerita apa – apa ke gue…apa lagi masalah cewek…kan loe tahu sendiri…masalah yang satu itu sensitive banget buat dia…’
Rinne mnutup pembicaraan dengan rasa yang bercampur aduk. Kurasa. Aku merasakannya di akhir kata – katanya yang seperti menyerah dan kalah ‘yaudah’. Seperti ada sesuatu yang hilang dari diri Rinne yang selama ini ku kenal ceria. 

---

 Aku melihat dirinya kini dibalut dengan berjuta tingkah pura – pura yang disusun dibalik sekenario yang sengaja dibuat. Aku melihat itu semenjak aku menerima telponenya di pagi buta yang senyap itu. Orang lain bisa saja melihatnya seperti Rinne yang biasa. Rinne yang ceria, selalu senyum, ramah tapi hatiku berkata lain setiap aku melihat sorot matanya. Ada kesenduhan yang terpancar, ada kesedihan yang ia simpan, ada kegalauan di balik gerak – gerak bola matanya. 

Siapa lagi, apa lagi yang menjadikan dirinya. Miss perfectionis. Menjadi miss gelap seperti sekarang ini selain pujaan hatinya yaitu Rialdi.

Soreh ini aku memaksanya menemuiku ditempat biasa kami bersantai. Awalnya ia sama sekali tidak mau. Tapi ku taruhkan persahabatan ku dengannya untuk mengancamnya. Dan ku pikir diapun sangat terpaksa untuk datang. Karena pasti dia tahu akan ada beribu bahkan berjuta pertanyaan yang akan membrondong dirinya. 

Dia sangat tahu, tidak ada yang bisa disembunyikan dari dirinya dari sisi penglihatan ku. Karena dia dan aku sadar betul sifat kami masing – masing, sedari SMA mengenal dan dekat dengannya. Aku tahu betul apa yang sedang ia sembunyikan.
‘lo jangan menyimpulkan hal yang sebenarnya belum kita tahu faktanya…’ ceramah ku.
‘gue nggak ngerti maksud loe ?’ Rinne pura – pura.
‘gue kenal loe itu bukan tiga bulan, tiga minggu, tiga hari, tiga jam…’ ku beri penjelasan.
‘lo sebagai temen deketnya…apa lagi loe tinggal seatap sama dia…harusnya loe tahu dong apa yang dia sembunyiin dari loe…’ nadanya marah menyalahkan ku.
‘nggak semuanya kan…?’ aku menekankan pertanyaanku. Ini membuat hatinya bergejolak terlihat dari wajahnya yang muram dan gurang.
‘semuanya…harus semuanya…’ kini nadanya menjadi memaksa.egois.
‘kalau loe memang sayang, memang cinta sama seseorang…baiknya nggak loe bebani semua apa yang loe rasain…kalaupun beban itu bisa ditampung…rasanya itu cuma sebuah kamuplase atas diri loe yang nggak pernah bisa ngalami kegagalan…’ aku memandang kopi panas..pekat dan rasanya pahit. Sepahit ucapan ku pada Rinne.
Kulanjutkan ‘perasaan itu seperti ini’ aku menunjuk kopi ‘coba lihat..? belum tentu rasanya seperti apa yang loe lihat…setelah loe cobainpun.. dan kalaupun rasanya enak..tetep aja ada rasa yang asli dari sebuah kopi ini…pahit…’
‘..Kalau loe berharap apa yang lo jalani sesuai dengan keinginan loe…loe nggak salah dan nggak bener juga…nggak ada yang pasti didunia ini rin…kalau loe mau tahu jawaban ketidak pastian itu…loe harus jalani itu...kita nggak pernah tahu nasip waktu…’
Rinne yang sedari sepanjang ceramah dadakan ku ia menunduk lesu, kini wajahnya telah ia angkat dan lagi – lagi ia keluarkan senyum yang khas. Nyengir kuda. Kubalas dengan nyengir singah. Ia tidak takut dia malah menyentil jidatku. 
‘dasar loe ya…kata – kata dari mana semua itu’ selidiknya dengan keceriaanya lagi.
‘inilah kenapa gue suka berkhayal dari pada ngerjain tugas fisika…’
‘emang kenapa…’
‘ya..kan ada elu yang ngejawab…gue tinggal nyontek…’ tawaku meledak di barengi dengan ledakan tawa Rinne. 
Terus saja kami saling meledek diiringi dengan tampolan – tampolan kecil ke jidat. Aku yang selalu kalah beradu argumen membuat jidatku lebih merah, persis pengantin india disiram tepung merah dijidat. 
Tanpa sadar seorang wanita datang diantara kebodohan kami. Rinne yang mengetahui itu member kode kepada ku dengan senyuman genit dibuat semenggoda mungkin. 
Melihatnya ingin sekali aku menggajal senyumnya dengan kursi.
‘nggak ganggu kan ? apakabar kamu Rinne..?’
‘baik..’ jawab Rinne sambil menyiarkan sinyal genitnya lagi.
‘kamu kemana aja dis…’ bertanya lembut sekali. Maklum gadis terpelajar. Gadis yang digadang – gadang yang akan menjadi lulusan terbaik seindonesia…karena prestasinya.
‘disini aja dari tadi..’ santai ‘oh ya..gue ada janji sama anak – anak…sory ya gue cabut duluan…’
‘aku anter ya dis…sekalian juga pengen ketemu yang lain…’ Nirna membujuk. 
‘rumah temen aku di gang – gang sempit nggak bisa masuk mobil’ kucoba mencari alasan yang pas.
‘yaudah aku ikut motor kamu aja..’.
Aku bergeming. tidak akan pernah ada lagi tempat untuknya. Secepat apapun dia mengejar maka aku akan lebih jauh aku berlari. Aku berlalu cepat. Nirna memanggil – manggil nama ku…
‘dis..diswara aditya…tunggu…’ 
Melihat sikap ku yang berubah drastis, Rinne mengetahui itu. Aku tidak nyaman dengan Nirna.

---

Entah kenapa soreh tadi membuat pikiran ku tidak setenang malam biasanya. Angin yang menembus jendela tidak cukup membuat hawa sejuk dalam pikiranku terus saja aku merasa sakit sekaligus bersalah atas apa yang dulu pernah ku lewati dengan dirinya. Nirna. 
‘sejak kapan hobi melamun..?’ Rial membubarkan lamunanku. Aku terkesiap, sedikit memutar otak untuk mencari jawaban yang pas atas tingkah aneh ku mala ini.
‘sejak loe punya cewe baru tanpa kasi kabar ke gua..’ balik bertanya agar habis perkara rial meledek ku
‘tau dari mana loe…udah kala detektif konan..’
‘dari Rinne…’ jawabku. Meski mendapatkan jawaban yang tidak mengenakan itu, rial berusaha menampakan wajah tenangnya.
Aku tahu dia menyimpan rasa yang lebih dalam dari dasar samundra ke pujaan hatinya Rinne. Tapi kenapa ia malah berhubungan dengan orang lain.
‘gemana riaksi Rinne gue sama cewe…?’
‘loh kok malah tanya reksi…?’ tanya ku..Rial diam..tidak menawab..masih sibuk dengan remot TV. ‘loe sebenernya sukakan sama Rinne…? Kenapa loe harus cari yang lain sih..udah jelas ada didepan mata…gue jadi heran sama kalian berdua…?’ jelasku sambil mengambil sebuah novel.
Tetap seperti batu, sekeras itu tohokan ku tidak merubah dirinya menjadi terbuka. 
‘gue juga heran sama loe dis…siapa sih yang nggak kenal Nirna…siapa sih cowok yang nggak linglung disenyumi Nirna…tapi elo…elo orang sinting sepanjang abad ini…’ tidak biasanya Rial memanjang lebarkan penjelasan sedetail itu.
‘kenapa lo yal..kenapa jadi Nirna dan nyalahin sikap gue..?’
‘cewe itu bukan pacar gue.. itu Nirna…dia pengen tahu kabar loe..pengen tahu semua tentang loe…’
Setelah mendengar penjelasan Rial aku lebih bingung antara risih dengan kehadiran Nirna juga bahagia dengan kenyataan Rial yang tidak punya pacar baru. 
‘untuk yang satu itu gue nggak bisa cerita sob…’ aku menyisir rambut ku, keatas, dengan kedua telapak tangan seraya menghela nafas panjang ‘yang harus gue cerita dan harus loe tahu…ada seseorang yang sedang menunggu pesan selamat malam, malam ini…’

---

Pagi memang cerah.. tapi lihatlah kawan senyum Rinne lebih cerah dari biasanya
‘semangaaaat pagiii…’ sapanya raing bukan kepalang
‘baru juga dapet pesan selamat malam…’ ledek ku
‘kok loe tahu…?’
‘siapa yang dibalik layar…?’
Rinne tertawa bahagia. 
‘jadi cewe cantik malam itu siapa dis ?’
‘itu Nirna..’ jawabku malas
Aku menjelaskan apa yang malam itu terjadi antara Rial dan Nirna. Rinne mengerutkan keningnya.
‘kenapa sih loe dis…lihat tu siapa yang nggak kenal sama Nirna…sampe – sampe dosen aja ngejer – ngejer dia…gue juga baru nge rupanya cewek bareng Rialdi itu Nirna’ hari menunjuk kearah Nirna yang sedang sibuk ditahan dosen. Entah apa yang mereka obrolkan. Sepagi ini.
aku melangkah pelan. Diikuti dengan Rinne yang menyamai langkahku. Kuhelakan nafas panjang. Kulirik Rinne yang matanya penuh harap atas jawaban yang sebelumnya ia lontarkan..
‘kadang ada sesuatu yang tidak bisa kita beri tahu pada orang lain.. entah sesuatu itu buat kita sedih atau buat kita seneng.. yang pasti hanya pemilik sesuatu itu yang tahu…gue simpen itu..gue simpen dalem - dalem..sebuah rahasia yang menurut gue itu lebih berarti jika semua orang itu tidak tahu…rahasia apa itu…’
‘…ya seperti kalian berdua…kalian saling merahasiakan satu sama lain..entah itu membuat kalian senang atau sedih…cuma kalian yang tahu…yang pasti rahasia tetap rahasia…’
 Rinne cukup mengerti. Dia hanya diam, memperhatikan, memasang wajah sok mengerti, sok takjim, pura – pura kagum dan juga kadang – kadang tidur jika aku sudah sok berfilosofi.
Tapi tidak kali ini, ia angkat bicara.
‘semoga kita bisa menjadikan rahasia ini kebahagiaan dihidup kita’

Kami berdua berpaling dari pandangan Nirna…pagi telah berakhir dihembus cahaya matahari yang meninggih. Aku tetap diam bersama kilatan – kilatan kenangan yang harus cepat aku lupakan. Tentang harapan yang telah pupus hanya karena persahabatan.
Akan tetap menjadi sebuah rahasia…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diagram Use Case Dan Use Case Description

Beberapa Website Keren Yang bisa Bikin Kita Cerdas

Apa itu SKPL Dan Kebutuhan Perangkat Lunak ?